VIVA.co.id – Risiko cedera dalam pertandingan olahraga beladiri sangat besar, setidaknya luka lebam. Namun, tak jarang atlet-atlet yang bertanding mengalami cedera serius, seperti patah tulang.
Ancaman itu disadari oleh PT Merah Putih Berkibar, sebagai penyelenggara One Pride MMA, turnamen beladiri campuran atau Mixed Martial Arts (MMA) pertama di Indonesia.
Presiden Direktur PT Merah Putih Berkibar, Fransino Tirta, menegaskan keselamatan petarung jadi prioritas utama. Sejak awal, Fransino menerapkan standar tinggi, dalam jaminan keamanan dan keselamatan petarung.
"Saya pelaku, pernah jadi petarung. Jadi, saya tahu bagaimana risiko saat bertanding," kata Fransino kepada VIVA.co.id pada Kamis, 24 Maret 2016.
Menurutnya, keselamatan berawal dari pihak petarung. Mereka juga harus bisa bertindak cerdas dalam pertarungan.
"Agresif tak menjamin petarung itu bagus. Mereka harus pintar. Nah, kami mencari petarung terbaik, dengan kekuatan fisik dan kecerdasan yang seimbang," kata Fransino.
Petarung MMA dengan julukan Pitbull itu mengatakan wasit turut menjadi penentu dalam menjaga keselamatan petarung. Setiap wasit dituntut jeli dan objektif dalam memimpin pertandingan.
Wasit harus segera menghentikan pertandingan, saat ada sinyal salah satu petarung mengalami cedera. "Jadi, wasit diganti di setiap duel. Tujuannya supaya mereka tetap fresh saat memimpin pertandingan," ujar Fransino.
Pihak PT Merah Putih Berkibar juga merekrut dokter-dokter olahraga kenamaan, demi menjamin keselamatan petarung. Ditambah jaminan atau asuransi dari PT Merah Putih Berkibar, bagi para petarung yang cedera.
"Kami dinaungi oleh Komite Olahraga Beladiri Indonesia (KOBI). Selain itu, pemerintah melalui Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) mengawasi kami," katanya. (one)