OnePride – Ketua Dewan Juri One Pride MMA, Max Metino geram dengan petarung yang tidak menyimak saat rapat pembahasan teknis soal aturan pertandingan di atas oktagon.
Padahal, Max Metino mengutarakan, rapat teknis tersebut sangat penting bagi petarung untuk mengetahui semua aturan yang berlaku di One Pride.
Dikatakan Max Metino, rapat digelar beberapa hari menjelang pertandingan Fight Night. Pembahasan rapat bersama seluruh fighter, promotor, sampai juri One Pride, menyangkut peraturan pertandingan.
"Peraturan pertandingan selalu dibacakan saat rapat setiap Fight Night bersama fighter," ucap Max kepada Onepride.net.
Lebih lanjut, Max menyampaikan, pembacaan peraturan pertandingan termasuk dilakukan pada rapat di Fight Night 54. Namun, para petarung tidak ada satupun yang bertanya dalam rapat virtual itu.
"Saya sudah bilang ada tidak yang mau ditanyakan. Jangan sampai nanti sudah selesai tanding, terus kalian bingung tanya lagi," ujar Max.
"Tapi tidak satupun fighter yang bertanya. Mereka semua diam saja. Saya rasa, entah mungkin mereka tidur," sambungnya.
Dalam rapat teknis tersebut, Max menyatakan, diantara isinya menjabarkan tentan sistem penilaian poin. Contohnya, teknik take down atau bantingan mempunyai nilai variatif.
Paling besar nilai yang didapat dari teknik take down, yaitu 15 poin. Syaratnya, petarung yang melakukan bantingan berdampak pada lawannya sampai terkapar.
"Hanya take down yang membuat lawannya knockout (KO) baru bernilai 15 poin. Contohnya teknik suplex yang mengenai punggung dan leher itu bisa buat lawan langsung KO atau hampir KO. Seperti yang pernah dilakukan Sutrisno membanting Burdan," tutur Max.
Oleh karena itu, Max menganggap hal wajar jika warganet tidak mengetahui soal tersebut. Namun yang tidak wajar jika justru petarung gagal paham dalam sistem penilaian poin dalam pertandingan.
"Kalau penonton atau warganet wajar tidak mengerti. Tapi kalau fighter dia bertanya lagi, itulah artinya apa? Dia waktu rapat tidak menyimak dengan baik atau mungkin tidur," cetus Max.