VIVA.co.id – Komite Olahraga Beladiri Indonesia baru saja menghadiri rapat koordinasi dengan Badan Olahraga Profesional Indonesia di Hotel Mercure, Karawang, Jawa Barat, Selasa 6 Desember 2016. Dalam rapat tersebut, KOBI mengungkapkan ide-idenya dalam mengembangkan olahraga mixed martial arts di Indonesia.
Olahraga MMA memang belum terlalu populer di Indonesia. Banyak pandangan yang membuat perkembangan MMA terhambat. Biaya yang mahal hingga terlalu kerasnya tensi laga menjadi anggapan banyak orang. Padahal, tak semua sasana memasang banderol tinggi untuk berlatih. Banyak sasana yang memiliki tarif rendah.
Kemudian, MMA memang keras. Hanya saja, ada peraturan yang membuat petarungnya terlindungi saat bertarung di atas oktagon.
Contohnya adalah kriteria knock out yang ditetapkan di aturan MMA. Dalam buku besar aturan MMA, petarung bisa dianggap KO jika terlihat wasit kesulitan membendung serangan lawan. Jadi, KO dalam aturan MMA tak menunggu lawannya terkapar. Aturan seperti ini juga diadopsi oleh KOBI.
Itu terbukti dalam laga-laga di One Pride MMA, Sabtu 3 Desember 2016 lalu. Salah satunya adalah kejadian di laga Linda Darrow versus Amira Badr. Amira ketika itu mendapatkan serangan lutut yang sangat keras dari Linda. Petarung asal Mesir tersebut kemudian langsung merintih kesakitan.
Linda melepaskan beberapa serangan setelahnya. Wasit menilai Amira tak bisa melanjutkan laga, kemudian menghentikannya, dan memberikan kemenangan kepada Linda.
Poin-poin inilah yang disampaikan KOBI dalam rapat koordinasi siang tadi.
"Kami ingin menyepakati beberapa hal yang mengutamakan keselamatan atlet, kesejahteraan, dan cara membina serta menumbuhkan atlet lokal. Jangan sampai nanti seperti tinju profesional, berantakan dan industrinya jatuh," kata Sekretaris Jenderal BOPI, Heru Nugroho.
Setelah memberikan presentasi, KOBI pun berharap BOPI bisa mendukung mereka. "Kami kan sekarang dianggap sebagai olahraga yang keras, sehingga jam tayang harus berada di atas pukul 10.00. Jadi, kami minta dukungan dari BOPI sebagai bagian pemerintah untuk menyambungkan lidah ke Komisi Penyiaran Indonesia," ujar Sekretaris Umum KOBI, Fransino Tirta.
(mus)