VIVA.co.id – Pertarungan seni bela diri campuran (MMA), akhirnya bakal dihadirkan oleh tvOne, melalui program baru One Pride MMA. Walau ada kemiripan, namun pertarungan MMA memiliki karakteristik, yang membedakannya dengan duel cabang bela diri lain.
Pakar MMA Indonesia, Yuri Amadin, dalam penjelasannya saat workshop One Pride MMA di Jakarta, pada Kamis, 31 Maret 2016, mengatakan petarung MMA bisa meraih kemenangan dengan beberapa cara.
Di antaranya dengan penilaian juri, striking, dan submission. Secara umum, striking meliputi pukulan dan tendangan. Submission, jika kemenangan diraih dengan berbagai teknik kuncian. Juri menjadi penentu, apabila tidak ada petarung yang jatuh atau terkunci hingga duel berakhir.
Seperti bela diri tinju atau kickboxing, tujuan dari serangan dengan pukulan dan tendangan adalah meraih kemenangan knockout atau technical knockout. Sementara submission didapat dari kuncian pada lengan, kaki, atau leher (choke).
Bagi sebagian orang, kemenangan lewat striking dianggap lebih menarik ketimbang submission. Menurut Yuri, hal itu tergantung pada karakteristik penontonnya. Di Amerika Serikat (AS), penonton lebih menyukai kemenangan KO atau TKO yang cepat.
Situasinya berbeda dengan penonton Jepang, yang menghargai proses seorang petarung meraih kemenangan. "Di Jepang, jika seorang petarung sudah melakukan kuncian, penonton langsung diam," kata Yuri.
Penonton di Jepang sudah bisa menikmati keindahan teknik seorang petarung dalam mengunci lawannya. Seperti Judo atau gulat, tidak banyak pukulan atau tendangan, ketika dua petarung beradu teknik dalam proses clinche dan grappling untuk mengunci tangan, kaki, atau leher.
Sebenarnya, risiko cedera dari kemenangan submission tidak kalah berat, dibandingkan cedera akibat pukulan atau tendangan. Yuri menegaskan, tujuan dari kuncian adalah mematahkan persendian pada lengan atau kaki.
Wasit harus jeli, untuk dengan cepat menghentikan pertandingan, apabila salah satu petarung sudah terkunci. Namun, tanggungjawab keselamatan petarung, bukan cuma terletak pada wasit, melainkan juga pada kedua petarung.
Petarung yang terkunci, harus cepat memberi tepukan sebagai isyarat menyerah kalah. "Seorang petarung pasti lebih memikirkan masa depannya, daripada harga diri," ujar Yuri. Tanpa cedera, seorang petarung bisa bangkit dengan cepat, dengan meraih kemenangan di pertarungan selanjutnya.
Cedera berat, jelas dapat menghambat karirnya. Terutama karena proses pemulihan yang membutuhkan waktu lama. Petarung yang melakukan kuncian, juga dituntut mengontrol kunciannya, agar tidak sampai mengakibatkan cedera berat pada lawan.
Lantas, mana cara yang lebih unggul untuk meraih kemenangan? Yuri mengatakan setiap petarung memiliki kekuatan dan kelemahan, tergantung pada bela diri yang lebih dikuasainya. Namun, saat ini semua petarung MMA sudah menguasai teknik striking dan grappling.