OnePride – Sistem pertandingan fighter di One Pride Mixed Martial Arts boleh dibilang masih banyak yang belum mengetahuinya. Khususnya, banyak yang bertanya-tanya apakah petarung peringkat bawah bisa menantang papan atas?
One Pride MMA saat ini telah memasuki Fight Night ke-52. Sejak digelar 9 April 2016 sampai saat ini, ajang olahraga bela diri campuran paling bergengsi di Indonesia itu nyaris 1.000 partai pertandingan terbaik anak bangsa digelar.
Delapan divisi sudah digulirkan, pun bintang dan juara MMA Indonesia terlahir di panggung One Pride. Semula, One Pride menggunakan format pertandingan dengan sistem turnamen. Setelah dari turnamen, barulah dengan sistem seperti saat ini.
Ketua Dewan Juri One Pride MMA, Max Metino mengatakan, pertama kali One Pride dibuat dengan format turnamen. Selepas itu, kata dia, hasilnya terdapat juara, finalis dengan peringkat satu, semifinalis dan seterusnya.
"Semifinalis ranking dua dan tiga seterusnya. Terjadilah ranking itu. Kemudian terjadi audisi lagi, langsung maupun online, akhirnya ada penambahan para petarung," ujar Max dalam tayangan One Pride MMA Podcast.
"Nah disitu para petarung yang jam terbang belum tinggi itu akan dilihat berdasarkan beberapa kali kemenangan dan kekalahan," sambungnya.
Max melanjutkan, petarung yang berada di ranking 10 bisa melawan peringkat satu. Itu karena ranking 1 sampai 10 merupakan masuk kategori Great A. Kemudian, ranking 11 sampai 20 adalah Great B dan 21-30 yakni Great C.
"Jadi belum tentu ranking 10 atau 8 itu skillnya dibawah ranking 2 ataupun 1. Masih rata-rata sama karena Great A. Begitu juga Great B dan Great C," ungkap Max.
Kemudian, Max menuturkan, petarung yang sudah masuk top ranking akan ada sistem
Nanti yang sudah mulai masuk top ranking disitu akan ada sistem overlap. Yang dimaksud overlap disini adalah regenerasi.
Contohnya, petarung ranking satu ditantang oleh dibawahnya, ranking tujuh. Fighter ranking tujuh ini prestasinya bagus dengan menang berturut-turut. Jika ranking tujuh itu menang, dia akan mengambil alih posisi nomor wahid.
"Sementara yang ranking satu kalah itu akan turun. Kalau dikalahkan dengan poin, katakanlah split decision, itu turunnya satu ranking, dari satu ke dua," tutur Max.
"Nah yang ranking dua tergeser ke bawah, itu efek domino. Namun kalau ranking satu kalah finish seperti KO ataupun kalah mutlak itu turunnya dua (papan ranking)," lanjutnya.
Max menyebutkan, sistem tersebut supaya ada regenerasi, sehingga memberikan kesempatan kepada petarung yang dibawah naik untuk menantang champion.
"Kenapa ada sistem ini supaya ada regenerasi memberikan kesempatan untuk petarung yang dibawah naik untuk menantang juara. Boleh (yang dibawah nantang di atas)," papar Max.
"Kenapa tidak ranking lima atau enam, misalnya mereka baru bertanding atau sedang cedera dan lainnya. Jadi kita juga melihat kesiapan para petarungnya dalam menentukan pertandingan," tegas Max.